Selasa, 21 Mei 2013

apa itu bid'ah?

بسم الله الرحمن الرحيم 

 Berawal dari fenomena yangnterjadi di akhir-akhir ini, datang sekelompok orang yang sangat getol dengan propaganda anti bid'ah dan menyeru kembali kepada alqur'an dan sunnah. 
 Dari itulah, di sini penulis akan mengetengahkan dan akan memberikan secuil gambaran tentang bid'ah serta menjelaskan tentang arti daripada selogan ajakan "kembali kepada alqur'an dan sunnah"

 Pertama;
untuk dapat membedakan ibadah yang di anggap bid'ah, atau yang sering oleh sekelompok orang di sebut dengan "bidah dlolalah",dengan ibadah yang sesuai syariat, kita harus terlebih dahulu mengetahui apa sih sebenarnya bid'ah itu?. 
Apakah istilah bid'ah itu bisa "terbagi" atau "mutlak" untuk semua amaliyah yang tidak pernah di kerjakan, di contohkan, atau di perintahkan oleh Rasululloh shalallahu alaihi wasallam? 

 Akhir-akhir ini kita sering di buat risih dengan ungkapan sekelompok orang yang secara sangat gegabah menuduh "kelompok selain mereka" dengan tuduhan "mubtadi', musyirik, mapun kafir" sehingga dengan sangat getolnya kelompok tersebut selalu menyeru untuk kembali kepada alqur'an dan assunnah, seolah-olah mereka itu yang paling bisa memahami dan mengamalkan sunnah daripada kelompok yang lain. 

Lalu apakah kita sebagai golongan yang sering di dakwa sebagai kelompok yang seperti telah mereka dakwakan di atas, benar-benar telah seperti yang mereka dakwakan? 
Tentu, dakwaan mereka itu sangat tidak berdasar, dan sangat keliru, alias salah besar dan sangat gegabah. Karena kita selama ini hidup selalu berpedoman terhadap alqur'an dan assunnah, ijma' dan juga qiyas. Tapi kenapa mereka bisa sebegitu tega menganggap kita telah menjauh dari alqur'an dan assunnah, sehingga dengan mudahnya mulut-mulut mereka menuduh kita sebagai pelaku bid'ah, sesat, musyrik, yang akan kekal di neraka, hanya karena kita mengamalkan beberapa ibadah mustahab yang tidak sejalan dengan pemahaman mereka, seperti melakukan pembacaan surat yasin berjamaah, membaca tahlil berjamaah, dan dzikir berjamaah, ziyarah kubur? 

Apakah yang mereka tuduhkan itu benar? Tentu salah. 
Karena ibadah-ibadah mustahab atau ibadah sunah tersebut adalah ibadah yang juga berlandaskan dalil yang bersumber dari al-qur'an dan assunnah, entah itu berupa dalil khas maupun berupa dalil 'am. 
yang di maksud dalill 'am di situ yaitu dalil yang membolehkan ummat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam melakukan ibadah nafilah tanpa batas ataupun ketentuan-ketentuan yang pasti. 
adapun ketentuan yang pasti itu seperti, shalat wajib lima waktu, puasa bulan ramadan, ini sudah di tentukan oleh syari'at yang di bawa oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. 

 Gak lucu juga, ketika kita mati, lalu menurut mereka, kita masuk neraka gara-gara ibadah yang kita yakini dengan ke-mustahab-annya. Bisa jadi di benak kita lalu muncul pertanyaan, ketika kita di masukkan kedalam neraka *wal'iyadzubillah* lalu di tanya oleh malaykat zabaniyyah. "Kenapa kamu masuk neraka?! Dan di jawab, "ini gara-gara kami baca yasin berjamaah, ya malaykatullah".
 Lalu ada lagi yang dintanya oleh malaykat zabaniyyah, "kenapa ente masuk neraka? 
Lalu di jawab, karena kami merayakan dan bersuka cita atas lahirnya Nabi yang agung sayyidina Muhammad shalallahu al'alaihi wasallam, yang di kenal dengan acara maulidan, tuan malaykat".

 Seperti ini kan sangat jauh dari harapan-harapan yang telah di janjikan oleh Allah ta'ala dan Rasulullah shalallohu alaihi wasallam tentang memperbanyak amalan-amalan sunnah. Karena banyak sekali anjuran-anjuran untuk memperbanyak beribadah tabaru'(amal sunnah) yang terdapat di dalam alqur'an maupun hadist. Seperti contoh, perintah untuk bertasbih di pagi dan sore hari.

 كقوله جل ذكره :يآيها الذين آمنوا اذكروا الله ذكرا كثيرا * وسبحوه بكرة واصيلا  * الأحزاب 41-42

 Artinya: 
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kamu sekalian kepada Allah subhanahu wata'ala, dengan dzikir yang banyak. Dan bertasbihlah kamu sekalian di pagi dan sore hari. (al-ahzab;41-42)

 Perintah berdzikir dan bertasbih di dalam ayat tersebut bersifat umum. Bahkan di dalam ayat yang lain kita di perintahkan untuk berdzikir dalam keadaan duduk, berbaring, bahkan saat berjalan.  
Lalu kenapa kelompok tersebut menuduh kita sebagai kelompok pelaku bid'ah ataupun pelaku syirik?, padahal kita sangat yakin bahwa amalan-amalan yang kita lakukan juga berdasarkan dalil-dalil al-qur'an maupun assunah.
yang pasti kelompok tersebut adalah kelompok keras kepala yang tidak pernah mau menghargai perbedaan ijtihad.

Sudah sangat jelas di terangkan oleh beberapa hadist tentang keutamaan orang-orang yg melakukan dzikir berjama'ah maupun amaliyah yang lain seperi tahlil-an, maulid, dan acara-acara selamatan yang lain.

salah satunya di sebutkan dalam shahih muslim tentang keutamaan melakukan dzikir berjama'ah sebagai berikut.

 عن ابي هريرة رضي الله عنه، ان النبي صلى الله عليه وسلم قال: ان لله تبارك وتعالى ملائكة سيارة فضوﻻ يتبعون مجالس الذكر وإذا وجدوا مجالسا فيه الذكر قعدوا معهم ، وحفوا بعضهم بعضا بأجنحتهم حتى يملاؤا ما بينهم وبين السماء الدنيا، فاءذا تفرقوا عرجوا وصعدوا الى السماء ، قال : فيساءلهم الله عز وجلى وهو أعلم بهم : من أين جئتم، فيقولون : جئنا من عند عبادك في الأرض ،يسبحونك ويكبرونك، ويهللونك، ويحمدونك ويسئلونك، قال: وماذا يسئلوني؟قالوا يسئلونك جنتك.قال : وهل رأوا جنتي ؟ قالوا :ﻻ ، أي رب ،قال :فكيف لو رأوا جنتي؟ قالوا : ويستجرونك . قال : ومم يستجروني ؟ قالوا : من نارك ، يارب. قال : وهل رأوا ناري ؟ قالوا :ﻻ . قال : فكيف لو رأوا ناري . قالوا : ويستغفرونك .قال : ويقول : قد غفرت لهم ، وأعطيتهم ما سئلوا ، وأجرتهم مااستجاروا . قال :فيقولون : ربي فيهم فﻻن عبد خطاء ، إنما مر فجلس معهم ، قال : فيقول : وله غفرت ، هم القوم ﻻ يشقى بهم جليسهم. 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi saw bersabda : Sesungguhnya Allah tabaraka wata'ala mempunyai malaykat sayyaroh, yang selalu ingin tau, mereka selalu mencari-cari majlis-majlis dzikir, ketika mereka menemukan sebuah majlis dzikir, mereka (malaykat sayyaroh) akan duduk bersama mereka (para hadirin) lalu mengepungkan sayap-sayap mereka hingga memenuhi ruang antara majlis dzikir dan langit dunia. Ketika para mereka (hadirin) berpisah (pulang) maka naiklah para malaykat ke langit. 
 Nabi shalallahu alaihi wasallam berkata : kemudian Alloh ta'ala bertanya kepada mereka, padahal Allah ta'ala lebih tau dari mereka. : 
Dari mana kalian? 
Kami dari hamba-hamba-Mu di bumi, mereka bertasbih kepada-Mu, mengagungkan-Mu, bertahlil, bertahmid, dan mereka meminta kepada-Mu. 
Allah ta'ala bertanya : mereka meminta apa kepadaku? 
Para malaykat menjawab : mereka meminta surga-Mu. 
Allah ta'ala bertanya : apakah mereka telah tau surga-Ku? 
Para malaykat menjawab : demi Tuhan, belum. 
Allah ta'ala berfirman : lalu bagaimana jika hamba-Ku mengetahuinya? 
Para malaykat menyampaikan : mereka juga memohon keselamatan kepada-Mu. 
Allah ta'ala bertanya : Minta keselamatan dari apa? 
Para malaykat menjawab : dari siksa neraka-Mu, wahai Tuhanku. 
Allah ta'ala bertanya : apakah mereka telah melihat siksa neraka-Ku? 
 Para malaykat menjawab : Belum pernah. 
Allah ta'ala berfirman : lalu bagaimana jika mereka melihat siksa neraka-Ku? 
Para malaykat menyampaikan : mereka memohon ampun kepada-Mu. 
Nabi saw bersabda : 
Allah ta'ala berfirman : Sungguh AKU telah mengampuni mereka, dan akan AKU berikan apa yang mereka mohon. Dan akan AKU selamatkan atas apa yang mereka minta di selamatkan. 
Nabi saw bersabda : 
Para malaykat menyampaikan :Tuhanku, di antara mereka ada fulan seorang hamba yang banyak kesalahanya, Sesungguhnya dia hanya lewat dan mampir duduk bersama mereka? 
Nabi saw bersabda : 
Allah ta'ala berfirman : baginya juga AKU ampuni, karena mereka (ahli dzikir) tidak akan mengecewakan orang yang duduk bersama mereka. 

*Ini adalah salah satu hadist yang di jadikan pedoman oleh ahlu sunnah dalam dzikir berjamaah. 

Kembali kepada pokok masalah di atas, tentang apakah bid'ah itu? 
Bid'ah secara bahasa "adalah menciptakan dan mengadakan sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya". 

Adapun bid'ah secara syar'i "adalah sesuatu yang di ada-adakan di dalam urusan agama yang menyelisihi/menyimpang dari al-qur'an, assunnah, ijma' dan qiyas". 

 Dan apakah yang tidak di amalkan oleh Rasulullah, jika kita mengerjakannya lantas jadi bid'ah? 
Tentu saja tidak. 

 Karena kita tau, sesungguhnya sunnah-sunnah Rasulullah itu tidak hanya yang berupa amaliyah yang di kerjakan oleh Rasulullah saja, bahkan pernyataan, dan ketetapan yang tidak di ingkari oleh Rasulullah pada masa hidup Rasulullah dan Rasullah mengetahuinya secara langsung atau di ketahui melalui kabar yang sampai kepada Rasullah. semuanya di kategorikan sunnah oleh para ulama ahli hadist.

 seperti ketika kita mengerjakan sebuah amalan ibadah yang tidak di kerjakan oleh Rasulullah saw, kita akan melihat atau merujuk kepada dalil-dallil yang bersifat umum mapun yang khusus, dan juga merujuk kepada amaliayah-amaliyah para shahabat yang tidak di ingkari atau mendapat larangan dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
seperti contoh dzikirnya abu hurairah ra, yang memakai kerikil untuk menghitungnya, dan juga kisah sayyidah Shafiyah bint huyay ra istri Rasulullah, ketika beliau sayyidah shafiyah sedang berdzikir tiba-tiba masuklah Rasulullah menemui beliau, dan mendapatinya sedang berdzikir dengan menggunakan kerikil.
melihat hal ini, Rasulullah shalallahu alaihiwasalam lantas mengajari sayyidah Shafiyah agar dapat mencapai pahala dzikir yang lebih agung lagi. dan tidak mengingkari kerikil yang di gunakan oleh sayyidah Shafiyyah ra.
di sebutkan dalam sebuah riwayat :


دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَليهِ وَسَلّمَ وَبَيْنَ يَدَيَّ أَرْبَعَةُ آلاَفِ نَوَاةٍ أُسَبِّحُ بِهَا، فَقَالَ : لَقَدْ سَبَّحْتِ بِهَذَا ؟ أَلاَ أُعَلِّمُكِ بِأَكْثَرَ مِمَّا سَبَّحْتِ بِهِ؟ فَقَالَتْ : عَلِّمْنِيْ ، فَقَالَ : قُوْلِيْ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ مِنْ شَىْءٍ 


(رواه الترمذي والحاكم والطبرانيّ وغيرهم وحسّنه الحافظ ابن حجر في تخريج الأذكار)

“Suatu ketika Rasulullah menemuiku dan ketika itu ada di hadapanku empat ribu biji-bijian yang aku gunakan untuk berdzikir. Lalu Rasulullah berkata: Kamu telah bertasbih dengan biji-bijian ini?! Maukah kamu aku ajari yang lebih banyak dari ini? Shafiyyah menjawab: Iya, ajarkanlah kepadaku. 
Lalu Rasulullah bersabda: “Bacalah: “Subhanallah ‘Adada Ma Khalaqa Min Sya’i” 
(HR. at-Tirmidzi, al-Hakim, ath-Thabarani dan lainnya, dan dihasankan oleh al-Hafizh Ibn Hajar dalam kitab Nata-ij al-Afkar Fi Takhrij al-Adzkar)

Seperti di jaman kholifah Abu Bakar ra, juga terjadi sesuatu yang tidak pernah di kerjakan di jaman hidup Rasulullah shallahu alaihiwasallam, yaitu ketika Sayyidina Umar ra mengusulkan pembukuan Alqur'an, padahal Rasulullah saw tidak memerintahkannya. Dengan melihat sisi baik dari pada pembukuan alqur'an tersebut akhirnya khalifah Abu bakar asshidiq menyetujuinya. 
Hal tersebut di lakukan karena di nilai tidak menyimpang dari syari'at, dan demi usaha menjaga ayat-ayat al-qur'an hanya terdapat pada para penghafal dan untuk menghimpun ayat-ayat yang masih terpisah-pisah di lempengan batu maupun lembaran-lembaran kulit-kulit binatang sehingga dapat memudahkan  kaum muslimin untuk mentadarusinya.
(al-itqon karya al-imam Assuyuti) 

Begitupun dengan shalat tarawih berjama'ah selama satu bulan penuh, tidak di laksankan di zaman Rasulullah saw ketika masih hidup. Tapi di laksanakan di zaman khalifah Umar ibn Khathab ra, beliau berkata "inilah sebaik-baik bid'ah". 
Maka dari itu para ulama membagi istilah bid'ah menjadi dua. 
1. Bid'ah hasanah. 
2. Bid'ah sayyiah. 

Adapun Imam Assyafi'i membagi istilah bid'ah menjadi dua, dan bahkan Syeikh 'izzu ibn Abdi salam membagi bid'ah menjadi lima bagian. 

Adapun sabda Nabi saw :

 قوله صلى الله عليه وسلم : كل بدعة ضلالة 

Artinya : semua bidah adalah sesat. 
 Apakah arti daripada lafadz "kullu" adalah mencakup keseluruhan segala hal yang baru? 
Tentu tidak, karena lafadz "kullu" juga mempunyai pengecualian. 

Bagaimana para ulama menanggapi hadist "kullu bid'atin dlolalah"? 
Imam Assyafi'i berkata, bid'ah terbagi menjadi dua :

 أحدُهما : ما أحْدِث ممّا يُخالف كتاباً أو سُنّةً أو أثراً أو إجماعاً، فهذه " البِدعة الضّل
 والثّاني : ما أحْدِثَ منَ الخَير لا خلاف فيه لواحد من المَذْكُوْرَات، فهذه " مُحدثَةٌ غير مذمومة " "اهـ 
[أخرجه البيهقيّ في مناقب الإمام رضي الله تعالى عنهما]

 Pertama : 
Segala sesuatu yang di perbarui menyimpang dari Al-qur'an dan assunnah atau atsar atau ijma', maka ini adalah bid'ah dlolalah. 
Kedua : 
Sesuatu kebajikan yang di perbarui serta tidak ada penyimpangan di dalamnya dari salah satu yang di sebutkan di atas (yaitu, al-qur'an, assunnah, atsar, dan ijma') maka ini adalah perkara baru yang tidak tercela. 
(di riwayatkan oleh al-bayhaqi di dalam manaqibnya imam syafi'i ridliyallahu anhuma).

 Mungkin karena belum memahami istilah bid'ah tersebut, maka terjadilah tuduhan bid'ah secara sembrono dan serampangan. Kemudian untuk menanggapi selogan "mari kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah" penulis hanya punya beberapa tanggapan. 

Yang pertama : 
Karena al-Qur'an di turunkan menggunakan bahasa arab, maka sebelum menyimpulkan suatu hukum langsung dari al-Qur'an hendaknya kita mempelajari tatabahasa al-qur'an terlebih dahulu, yang meliputi : nahwu, shorof, mantiq, balaghoh, bayan, dan adab-adabnya, supaya dalam memahami kandungan ayatnya tidak tergelincir menjauh dari apa yang di kehendaki oleh al-Musyarri', yaitu Allah ta'ala. 

Kedua : 
Dalam tatacara memahami hukum-hukum al-qur'an tidak mungkin bisa tercapai, tanpa ada seorang guru yang menurunkan pemahaman yang di warisinya dari gurunya. Maka pelajarilah al-qur'an dari seorang guru yang bersanad. 

Ketiga:
 dalam penggalian dan pengambilan hukum dari al-Qur'an langsung, tidak mungkin bisa di capai oleh seluruh umat islam karena kesibukan-kesibukan yang bermacam-macam. 
Dan disini Allah ta'ala memberi keringanan dengan mewajibkan sebagian saja dari sekelompok masyarakat untuk mendalami ilmu pengatahuan agamanya, yang kemudian di sampaikan kemasyarakat setelah kembali. Ini di sebut dalam firman-Nya:

وما كان المؤمنون لينفروا كآفة" فلوﻻ نفرا من كل فرقة منهم طآئفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا قومهم إذا رجعوا اليهم لعلهم يحذرون
(التوبة/122)

 Artinya: 
Tidak sepatutnya bagi tiap-tiap mu'min pergi semuanya (kemedan perang), *mengapa tidak pergi dari setiap golongan dari mereka "beberapa" untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Dan yang terakhir:
Karena agama kita berlandaskan kemudahan, maka bagi yang tidak mampu menggali hukum sendiri hendaknya bertanya kepada yang lebih tau.
 Sesuai dan firman-Nya: 

 فسئلوا أهل الذكر إن كنتم ﻻ تعلمون.
(النحل/43) 
 Artinya : 
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika engkau tidak mengetahui.

Alhamdulillah, inilah sekelumit penjelasan tentang bid'ah, mudah-mudahan dapat memberikan kontribusi pengertian apa sebenernya yang di maksud dengan bid'ah itu. 
Semoga kita selalu dalam bimbingan untuk selalu hidup berdasarkan al-qur'an dan assunnah.

 نسئل الله الهدى والتقى واستقامة والسﻻمة في الدين والدنيا والآخرة .وصلى الله على النبي رحمة سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم. الفقير الى عفو ربه : مشهور عبدالله اللمبوني
21/5/2013
 . مكة المكرمة
. 11.7.1434.
هجرية

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Kesan Anda di sini